Efraim Blogs, visit! »

translator


Lihat Kartu Ucapan Lainnya (KapanLagi.com)
Terimakasih Atas Kunjungannya"

Friday, December 31, 2010

Berbisik angin menyapa jendela, lirih ….. namun cukup buatku terbangun. amboi begitu harum desahmu menyentuh Wajahku. kabar apa yang kau bawa dari jauh sana cepat kau katakan, sebelum kesabaranku habis. Kau telah putuskan mimpiku, dan kau mesti gantikan itu dengan beritamu. Apa….? Aku sudah tahu itu. Bahwa tahun 2010 telah berakhir,tahun sudah berganti.. .. bukan….bukan, bukan [...]okelah kalau begitu....'"""selamat tahun baru buat semuanya"""




keluarga besar efraim sitanggang mengucapkan "selamat tahun baru 2011" tahun yang penuh pengharapan...

Berbisik angin menyapa jendela, lirih ….. namun cukup buatku terbangun. amboi begitu harum desahmu menyentuh Wajahku. kabar apa yang kau bawa dari jauh sana cepat kau katakan, sebelum kesabaranku habis. Kau telah putuskan mimpiku, dan kau mesti gantikan itu dengan beritamu. Apa….? Aku sudah tahu itu. Bahwa tahun 2010 telah berakhir,tahun sudah berganti.. .. bukan….bukan, bukan [...]okelah kalau begitu....'"""selamat tahun baru buat semuanya"""


keluarga besar efraim sitanggang mengucapkan "selamat tahun baru 2011" tahun yang penuh pengharapan...

Thursday, December 23, 2010

Apakah Hari Natal Adalah Hari Kelahiran Kristus?

Is Christmas Christ's Birthday?

syalom...!!!
selamat hari natal untuk seluruh umat kristus...!!
Bagi banyak orang di seluruh dunia, musim Natal adalah waktu yang paling membahagiakan dan paling menyibukkan dalam tahun itu. Berjuta-juta orang yang percaya kepada Kristus merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari raya keagamaan yang istimewa karena mereka percaya hal itu menjadi tanda hari kelahiran Kristus. Orang-orang bisnis sering mengambil keuntungan dari pemberian hadiah-hadian pada musim ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan.

Beberapa orang beragama memprotes tindakan “mengkomersilkan “hari Natal” ini karena mereka merasa bahwa hari yang sakral, suci itu dinajiskan oleh tindakan ini. Tindakan protes mereka sering disuarakan dalam slogan seperti, “Taruhlah Kristus di balik hari Natal.” Tetapi beberapa orang termasuk banyak orang yang percaya kepada Kristus, menyadari fakta bahwa Alkitab sama sekali berdiam diri tentang festival-festival istimewa untuk merayakan tanggal kelahiran Kristus.

Alkitab tidak memberikan informasi tentang tanggal kelahiran Yesus kepada kita! Apakah Dia lahir pada bulan Desember atau Juli ataupun bulan lainnya dalam tahun itu, yang jelas tidak dinyatakan dalam kitab suci. Para pelajar Alkitab mengakui bahwa mereka tidak tahu tanggal pasti kelahiran Kristus. Selama lebih dari 300 tahun setelah penutupan Perjanjian Baru, hari Natal dirayakan pada tanggal yang berbeda-beda. Pada tahun 354 M, bishop Roma mengumumkan bahwa tanggal 25 Desember sebagai hari raya penyembahan berhala untuk menghormati dewa Saturnus yang harus dirayakan oleh orang Kristen untuk menghormati kelahiran Kristus. Tetapi di timur, tanggal ini tidak diterima dan selama berabad-abad tanggal 6 Januari dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus, terutama di Mesir. Beberapa cabang gereja Ortodox Timur, bahkan sekarang ini merayakan tanggal 6 Januari sebagai hari raya Natal.

Menarik untuk dicatat juga bahwa banyak di antara festival-festival yang berhubungan dengan Natal berawal dari penyembahan berhala, bukan dari Alkitab. Banyak di antaranya berasal dari Katolik juga, Contohnya, nama Christmas ( Natal) itu sendiri berasal dari kata “Christ (Kristus)” dan “Mass (hari raya besar)” yang ditujukan pada penyembahan gereja Roma Katolik. Pohon Natal berawal di Scandinavia. Para penyembah berhala di belahan dunia itu menyembah pohon-pohon sebelum mereka menjadi orang percaya kepada Kristus. Menghiasinya dengan beragam macam hiasan warna-warni berawal dari imam-imam Celtik kuno yang disebut Druids, yang menggunakan hiasan sebagai jimat-jimat untuk mengusir roh-roh jahat. Pembakaran batang kayu natal yang sudah biasa dilakukan di banyak negara, berasal dari orang Skandinavia kuno yang membakar sepotong batang kayu sekali setahun untuk menghormati Thor dewa Guntur. Lihat World Book Encyclopedia (Ensiklopedia Buku Dunia) untuk melihat contoh-contoh lain dari pengaruh penyembahan berhala dalam tradisi-tradisi Natal.

Alkitab memberikan dua cerita tentang kelahiran Yesus. Keduanya dapat ditemukan di dalam kitab Matius 1 dan 2 serta Lukas 2. Tidak disebutkan tanggalnya. Tidak ada perintah yang diberikan untuk merayakan hari kelahiran Tuhan kita. Tidak ditemukan contoh dalam Perjanjian Baru adanya perayaan kelahiran Kristus. Sebaliknya Perjanjian Baru menekankan pada kematian dan kebangkitan Kristus. KematianNya adalah untuk pengampunan dosa-dosa kita. KematianNya adalah untuk kemenangan kita atas kematian. Perjamuan Tuhan adalah untuk "memperingati kematian Tuhan hingga Ia datang" (1 Korintus 11:26). Satu-satunya hari di luar dari perayaan istimewa agama dalam Perjanjian Baru adalah hari Tuhan, hari Minggu, hari pertama dalam minggu itu (Kisah Rasul 20:7; 1 Korintus 16:2; Wahyu 1:10).

Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap Natal? Akankah kita rayakan Natal sebagai hari kelahiran Kristus? Pasti tidak! Jika melakukannya, maka itu tanpa otoritas Alkitabiah. Akankah kita merayakan hari raya Natal dalam cara apapun? Menurut pendapat penulis traktat ini bahwa tidak salah menikmati liburan pada hari Natal, sama seperti seorang yang menikmati hari raya resmi lainnya dalam tahun itu. Jika seorang ingin makan malam yang istimewa dan berkumpul bersama dengan keluarga dan sahabat-sahabat, tentu saja tidak ada yang salah dengan hal ini. Tetapi bila menghormati 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus sebagai hari raya istimewa, dimana kitab suci berdiam diri, berarti kita telah mengikuti tradisi-tradisi manusia dari pada Firman Allah.




<

Saturday, December 18, 2010

SUKACITA NATAL: SEORANG RAJA TELAH LAHIR

Natal identik dengan sukacita. Coba lihat warna-warna yang dipakai untuk dekorasi natal! Kebanyakan ornamen natal itu didominasi dengan warna merah dan hijau. Warna-warna cerah dan meriah, bukan warna-warna yang "suram." Konon warna merah dan hijau itu dari merahnya buah apel dan hijaunya pohon cemara. Pada abad ke-14, tiap malam natal gereja menampilkan drama Adam dan Hawa dengan memakai buah apel yang digantung pada pohon cemara untuk buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Natal pun selalu berasosiasi dengan kegembiraan karena sering dianggap sama dengan limpahnya kado dan meriahnya pesta.

Dalam Lukas 2:19, dikatakan para gembala kembali dari mengunjungi bayi Yesus "sambil memuji Allah dan memuliakan Allah." Meskipun tidak ada kata "sukacita" dalam ayat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa mereka pulang dengan sukacita. Reaksi mereka tepat seperti berita malaikat pada mereka, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (Luk. 2:10). Mengapa para gembala ini pulang dengan bersukacita? Apakah mereka baru saja menyaksikan drama atau konser natal yang meriah? Ataukah mereka baru saja dapat kado natal dan menikmati kue-kue natal-natal? Tentu saja jawabannya tidak.

Pada masa itu, profesi gembala merupakan profesi rendahan dan tidak mulia. Mereka kebanyakan merupakan orang-orang upahan, karena mereka biasanya adalah anak-anak laki yang lahir belakangan sehingga tak mendapat tanah warisan untuk digarap. Tugas mereka sebagai gembala membuat hidup mereka nomaden. Mereka harus terus berpindah-pindah dan selama berbulan-bulan meninggalkan rumah ke tempat-tempat yang jauh untuk mendapatkan rumput dan air bagi domba-domba mereka. Lukas 2:8 menunjukkan hal tersebut. Ketika malaikat menjumpai gembala-gembala itu, mereka sedang tidur beratapkan langit, tepatnya di hamparan padang rumput.

Perginya para gembala upahan ini dari tempat asal mereka selama berbulan-bulan membuat mereka di luar pengawasan si empunya domba-domba itu. Keadaan itu memberikan peluang bagi mereka untuk mencuri anak-anak domba yang baru lahir atau menjual bulu-bulu domba tanpa sepengetahuan pemilik domba. Akibatnya, mereka sering dianggap sebagai orang-orang yang tidak jujur dan tidak dipercaya sebagai saksi di pengadilan.

Para gembala itu meninggalkan kandang itu, dengan sangat bersukacita. Sukacita itu pasti bukan karena hal-hal lahiriah. Mereka tetap orang-orang rendahan. Baju mereka sebelum dan sesudah mengunjungi bayi Yesus tetap sama. Mereka pun tak bergembira karena di kandang itu menerima banyak kado natal. Para gembala itu sangat bersukacita karena pengharapan mereka juga seluruh Israel telah terwujud. Penantian yang panjang itu kini telah sampai pada penggenapannya

Pada masa itu, seluruh umat Israel sangat menantikan penggenapan janji Allah akan datangnya seorang Juruselamat. Setelah dibebaskan dari penawanan bangsa kafir—Babel, Media, lalu Persia—Israel dibawa Tuhan kembali ke tanah kelahiran mereka di bawah pimpinan Zerubabel, Ezra, dan Nehemia (lih. kitab Ezra dan Nehemia). Namun itu tak berarti mereka telah menikmati kedamaian. Ibarat lolos dari mulut buaya tapi masuk ke terkaman singa, di tanah mereka sendiri bangsa Israel dijajah oleh bangsa kafir lainnya, yaitu: bangsa Yunani lalu kekaisaran Romawi. Keadaan itu membuat mereka semakin menantikan datangnya Sang Juruselamat, seperti yang dinubuatkan oleh para nabi.

Kabar baik yang disampaikan malaikat pada para gembala tentang kelahiran Juruselamat bagaikan oase di padang pasir. Malaikat itu berkata, "Jangan takut! Sebab saya datang membawa kabar baik untuk kalian" (Luk. 2:10; Bahasa Indonesia Sehari-hari). Kata "kabar baik" (Yunani: euanggelion) pada masa itu adalah kata khas yang menunjuk pada proklamasi akan kelahiran atau hari ulang tahun seorang kaisar, kedewasaan usia, dan terutama pelantikan seorang kaisar. Para penulis Perjanjian Baru dengan sengaja memilih kata itu untuk menyatakan berita atau proklamasi bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Tuhan. Mereka hendak menyatakan kepada para pembacanya bahwa Yesus adalah Raja dan Juruselamat yang lebih mulia dan berkuasa dari kaisar.

Pada masa itu memerintahlah kaisar pertama Romawi, Kaisar Agustus (63 SM-14 M). Kaisar itu disebut sebagai Juruselamat (Yunani: soter) dan pembawa damai karena ia dipercaya sanggup mengakhiri semua peperangan. Bahkan, ia disebut sebagai allah dan tuhan (Yunani: theos dan kurios). Kepada para gembala itu malaikat memberitakan kabar baik, bahwa yang lahir hari itu adalah Mesias, Raja keturunan Daud, yaitu Tuhan yang menjadi manusia. Bayi yang baru lahir itu adalah Juruselamat dan Sang pembawa kedamaian sejati (dalam Yes. 9:5 disebut Raja Damai). Malam itu, para gembala diundang untuk datang mengunjungi Raja yang baru lahir itu. Oleh sebab itu, setelah para malaikat itu selesai memuji Tuhan dan meninggalkan padang rumput itu, para gembala bergegas pergi ke kandang itu, di mana Bayi kudus dibaringkan dalam tempat makan hewan.

Sepulang dari kandang itu, tentu saja para gembala sangat bersukacita. Mereka telah menyaksikan penggenapan janji Perjanjian Lama akan lahirnya seorang Raja (baca: Mesias). Maka genaplah nubuatan nabi Yesaya, "Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan" (9:2; bdk. 9:3). Yang membuat para gembala itu bersukacita, bukan hanya karena mereka telah melihat penggenapan janji para nabi, tetapi juga karena hari ini telah lahir Raja yang melampaui Kaisar Agustus, raja terbesar saat itu. Dibanding Agustus, bayi Yesus lebih mulia. Yesus datang ke dalam dunia untuk menghadirkan damai yang sejati yang dibangun atas kasih-Nya pada manusia, bukan kekerasan militeristik seperti kekuasaan Romawi. Terlebih, jikalau para kaisar adalah manusia yang mengangkat diri sebagai tuhan dan allah, Yesus adalah Tuhan sendiri yang menjadi manusia (lih. Yoh. 1:1. 14).

Kelahiran Yesus adalah anugerah yang terbesar bagi umat manusia. Oleh karena anugerah itu kita seharusnya bersuka cita. Sangat menarik, kata "sukacita" punya hubungan yang sangat erat dengan anugerah. Dalam bahasa Yunani (bahasa asli Perjanjian Baru), kata "sukacita" adalah "chara" dan kata "anugerah" adalah "charis." Kedua kata itu mempunyai akar kata yang sama. Jadi jelas, sukacita natal seharusnya bukan karena hal-hal yang berbau natal seperti: kado, baju baru, pesta, kue-kue, gaji ke-13, konser, door prize, souvenir, liburan ke luar negeri, atau perjumpaan dengan sanak saudara dan teman. Meskipun hal-hal itu tak ada pada diri kita, seharusnya sukacita natal itu tetap ada karena Raja Yesus, Tuhan dan Juruselamat manusia telah lahir di hati kita. Sukacita natal itu membuncah tatkala kita mengingat akan anugerah Tuhan yang besar. Ia adalah Allah yang mulia, mau merendahkan diri menjadi manusia untuk menyelamatkan kita.


SUKACITA NATAL: WARTA YANG MESTI DISEBARKAN

Sukacita natal tak seharusnya dimonopoli oleh sebagian orang. Sukacita itu harus disebarkan pada semua orang. Seperti para gembala yang segera menyebarkan sukacita itu pada semua orang (Luk. 2:18) demikian pun kita. Meskipun para gembala itu sering dianggap saksi yang tak dipercaya, namun itu tak menghambat mereka menyaksikan kelahiran Sang Raja. Dengan sukacita mereka menggemakan warta yang mereka dengar dari malaikat, "Jangan takut! Sebab saya datang membawa kabar baik untuk kalian kabar yang sangat menggembirakan semua orang" (Luk. 2:10; BIS). Mari dengan sukacita kita menceritakan kisah kasih Tuhan Yesus pada semua orang, karena Raja itu lahir untuk semua.

Friday, December 17, 2010

Apakah Yesus Kristus adalah Allah?


"Iman Kristen adalah sesuatu yang tidak diusahakan mendapatkannya seperti yang dikehendaki. Itu lebih kepada temuan yang sulit dengan membiarkan tanpa mengusahakannya"
—Chesterton



Cerita tentang Yesus bisa berupa kejadian sejarah yang terbesar atau suatu berita bohong yang sungguh kejam. Bila kejadiannya tidak benar, maka semua pemberitaan tentang Kristen menjadi rusak bersama harapan dari begitu banyak kehidupan yang dibangun dalam namanya. Rasul Paulus berkata:

"Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Lebih daripada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus - padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
—1 Korintus 15:14-19


Tapi bila ceritanya benar, lalu dunia ini telah mendapatkan berita yang sangat luar biasa dengan skala goncangan bumi. Apakah Anda telah bersedia menanggung akibatnya bila ingin mengetahuinya?

Dalam hal ini, terserah keinginan Anda untuk mengkaji lebih dalam benar atau tidaknya pernyataan tentang Kristus. Hal yang mengejutkan adalah, banyak orang yang tidak percaya merasa tidak perlu menggali lebih dalam bukti-bukti yang mendukung tentang Yesus sebaliknya, seringkali mereka malah lari daripadanya. Pada saat yang sama, banyak diantara orang Kristen sendiri yang masih merasa belum yakin betul, apakah iman mereka telah demikian kuat. Apakah pernyataan tentang Kristen adalah palsu? Apakah itu hanya semacam pemikiran yang bijaksana saja? Atau apakah itu sungguh benar adanya?

MEMILIH DIANTARA YANG MEMBINGUNGKAN

Dewasa ini banyak sikap yang tidak setuju mengenai identitas Yesus dari Nazaret. Jika Anda secara acak dalam suatu survey bertanya kepada sejumlah orang, siapakah Yesus menurut mereka, maka Anda akan mendapat jawaban yang beragam. Beberapa orang akan berkata bahwa Yesus adalah seorang rasul yang besar yang dapat disamakan dengan Buddha, Mohammad, Confucius dan lain-lain. Yang lain akan menyebut dia sebagai seorang pendidik yang besar. Yang lain lagi akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang penuh kasih, tapi lemah sehingga terbunuh untuk sebab yang agung dan terhilang.

Siapakah Yesus itu menurut Anda? Apakah pendapat-pendapat diatas cukup akurat ? Atau apakah ada rincian tertentu yang hilang? Zaman kita sekarang ini menginginkan sikap yang terbuka dan jujur dalam setiap penelitian. Demikian juga halnya tentang Yesus, adalah penting untuk memperoleh semua fakta sebelum menerima atau menolaknya.

Yesus Kritstus dinyatakan sebagai Allah, Pencipta jagat raya, seorang yang hanya melalui Dia kita dapat masuk kedalam Surga. Ini merupakan pernyataan yang tinggi!

Usia kita yang relatif membawa kita pada rasa bingung atas semua hal tentang Yesus karena kita semata-mata membayangkan relevansinya dari sudut “selera” kita secara pribadi. Misalnya ketika kita memilih sebuah penutup kepala atau topi. Sebenarnya hal tersebut sama sekali berbeda. Apakah pernyataan dalam Perjanjian Baru itu benar atau tidak. Jika tidak benar, mari kita melihat yang lain. Tapi jika pernyataan itu adalah benar, apakah kita tidak seharusnya menerimanya dan percaya kepadanya seperti yang diperintahkannya? Jawaban terhadap pertanyaan itu tidak tergantung kepada apa yang kita lebih sukai, tetapi kepada apakah Yesus dari Nazaret dapat dibandingkan seperti yang dinyatakannya. Membantu Anda memahami bahwa dia benar-benar Anak Allah yang kekal (Yohannes 8:58) adalah jawaban dari semua hal ini. Jutaan orang Kristen cukup yakin bahwa hidup kekal Anda dan saya adalah menggantungkan harapan kepada apa yang kita lakukan bersama Yesus Kristus (1 Johanes 5:11-12)

"Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup."
—1 Yohanes 5:11-12